Kamis, 25 April 2013

Alasan Dari Sebuah Perpisahan

Akhirnya selesai juga tulisan ini. Hahahaa...
Iseng-iseng ochy tulis pas lagi avail kerja. Sengaja di tulis di buku kecil buat di ketik ulang.
Agak sedikit geje dan mungkin ceritanya juga gak jelas, gak rame, gak bagus, tapi setidaknya chy cuma pengen nulis bukan buat dibaca orang kok tapi buat nyalurin apa yang ada dipikiran dan mencoba sedikit berimajinasi. Tidak bermaksud menyindir siapapun, karena ini cuma cerita fiktif belaka, jika ada kesamaan dalam nama, tempat dan kejadian mohon maaf, itu hanyalah kebetulan semata~

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku dengan setengah sadar mengambil handphone di meja samping tempat tidurku.
Aku lihat layar handphone-ku, "Ah tidak ada pesan yang aku terima".
Seperti biasanya, ini untuk bulan yang ke-15 namun tidak ada pesan dari Benny. Benny adalah kekasihku, sudah 15 bulan kita berpacaran, namun itu memang sudah menjadi sikapnya, cuek dan tidak peduli.
Dengan keadaan masih mengantuk, aku mandi lalu siap-siap pergi ke kantor.

Dari kejauhan terlihat ada seorang pangeran mengunggangi kuda putih di depan rumahku. Ahh bukan ternyata, itu hanya imajinasiku saja. Haha... Ternyata itu Benny, duduk dengan manis di atas sepedah motor berwarna merah.
 "Good morning, honey", sapa Benny dengan wajah sok imut.
Aku tunjukan mukaku yang jutek, "Tumben kamu ada disini pagi-pagi begini?", tanyaku ketus.
"Hari ini aku akan pergi mengantarmu kerja", ucapnya.
Dengan muka jutek, ku naiki saja sepeda motor itu dengan berbicara dalam hati (Akhirnya dia mengantarkan aku. Senangnyaaaaaa. hihihii).

Selama ini dia tidak pernah mengantarku pergi kerja. Bahkan teman-teman kantorku mengira aku ini adalah seorang jomblo yang mengaku-ngaku sudah mempunyai pacar. Ahhhh.... apa mereka pikir aku ini tidak laku?

"Nanti malam kita makan diluar ya? Aku jemput kamu pulang kerja.", ajak Benny.
"Tumben menjemputku, memang kamu tidak ke kampus?", tanyaku. Maklumlah, Benny ini usianya 2 tahun lebih muda dariku. Dia masih kuliah semester 6. Dan inilah yang membuat sikapnya lebih kekanak-kanakan dibanding aku, sehingga kita sering bertengkar karena beda pendapat.
"Tidak, aku tidak ada kelas sore hari ini. Jadi aku bisa pulang lebih cepat.", jawabnya,

Sore hari, pukul 17.00 suasana kantor sepi, dan aku menunggu Benny menjemputku. "Ahh lama sekali dia.", gumamku.
Akhirnya Benny datang, dan entah tanpa mau memberi tahu Benny mengajakku ke daerah atas. "Kita mau kemana?", tanyaku. Dia tidak menjawab, hanya diam entah pura-pura tidak mendengar.
Dingin sekali udara disini, tapi tidak terlalu dingin ketika aku memeluk Benny dengan erat. Berasa memeluk boneka Benny Bear, ehh salaah Teddy Bear.

"Selamat Malam, Selamat Datang", sapa pelayan.
Wah, ternyata Benny menajakku ke sebuah cafe. Tumben sekali dia, biasanya dia mengajakku ke tukang pecel lele, yaa pernah sih ke cafe tapi jarang, dia kan orangnya cuek, menurut dia makan dimana itu gak penting, yang penting rasa dan tentu harganya pas untuk mahasiswa. hihihihi.

"Happy Anniversary 15th", tulisan unyu di atas sebuah piring dari cokelat cair dihiasi buah Strawberry dan ada berapa skop es krim vanila di sampingnya. Ahhhhhh romantis sekali.
Dihiasi dengan lilin di meja, hari ini benar-benar membuat aku bahagia, jarang sekali Benny seperti ini. Ini hal yang aku inginkan dari dia, sedikit saja bersikap romantis.

Disela waktu makan malam kita, tiba-tiba aku bertanya "Jadi kapan kita nikah?".
"Hah? nikah? Iyaa kapan-kapan", jawabnya sambil tertawa.
"Aku serius, Ben. Kamu kenapa sih tiap aku bahas pernikahan pasti aja ngeles. Kamu gak mau nikah sama aku?", tanyaku.
"Loh, kok jadi serius gini sih. Aku kesini sengaja mau ajak kamu makan, bukannya bahas hal seperti ini.", jawabnya.
"Kamu kenapa ko tiba-tiba marah? Aku kan cuma nanya, wajar dong aku tanya ini. Usia aku udah 25thn, aku gak maksa kamu buat nikahin aku ko, aku cuma mau bahas tujuan kita aja. Kedepannya gimana", aku menjelaskan dengan nada kesal.
"Kamu ini benar-benar merusak suasana yaa? Kalau kamu bahas ini terus aku jadi pusing, aku gatau harus jawab apa, aku ini masih kuliah, uang jajan aja masih dikasih orang tua, gimana bisa nikah?", Benny tampak mulai ikut kesal juga.
"Yasudahlah, ngomong sama kamu gakan ada habisnya. Kamu gak pernah ngerti.", Aku mulai ingin cepat pulang, dan akupun sudah merasa suasana ini benar-benar tidak romantis lagi.

Sepulang dari makan malam, diperjalanan kami terdiam, sama-sama diam. Udara semakin dingin, aku tidak memeluk Benny, sehingga tidak ada kehangatan yang aku rasakan. Dinginnya sikap Benny ditambah dengan dinginnya udara malam ini, ah lengkap sudah kegalauan malam ini, benar-benar galau.

Tiba sampai di depan rumah, aku turun dari sepedah motornya, dan tanpa berbicara dia langsung cepat-cepat melajukan sepedah motornya pergi meninggalkanku.

Aku heran, selalu seperti ini, disaat kita bertengkar, dia yang selalu diam, dia tidak pernah mencoba untuk merayu atau membujukku, padahal jelas-jelas pada posisi seperti ini seharusnya aku yang marah, aku yang kesal.
Kita sama-sama dingin, sama-sama keras. Tapi dinginnya Benny aku rasa bukan hal yang normal, dia terlalu dingin, bahkan lebih dingin dari es batu. Yang bila kau genggam, tidak lama kemudian akan kau lepaskan karena lama kelamaan rasanya akan perih di tangan.

1 jam kemudian handphoneku berbunyi, satu pesan dari Benny.
"Aku rasa hubungan kita sampai disini saja. Aku masih sayang kamu. Tapi ini yang terbaik."
Bagaikan langit yang tiba-tiba turun hujan ditambah dengan kerasnya suara petir, hatiku kacau, aku bingung sendiri. Ada apa ini? Hanya karna kesalahanku tadi dia langsung berfikir untuk mengakhiri hubungan ini?

Aku balas smsnya,
"Aku gak ngerti, aku bingung, aku mau ketemu besok." Dia hanya membalas singkat. "Ok".
Ada apa ini? Mengapa harus sakit yang aku rasakan? Dengan keadaan seperti kita tidak ada apa-apa dia mengirimkan pesan itu. Apa dia tiba-tiba kerasukan? Sehingga dia dengan santainya mengirimku sms kata putus? dengan tidak ada rasa bersalah sedikitpun.
Semalaman aku tidak bisa tidur, untung ini adalah malam minggu sehingga besok aku libur kerja.
Yang ada dipikiranku, aku hanya ingin cepat besok. Aku ingin bertemu Benny.

Keesokan harinya.
"Ini yang terbaik Lisa.", dengan wajah tanpa berdosanya dia berucap seperti itu dihadapanku.
"Jangan bicara hal yang baik atau tidak baik! Baik untuk siapa? Untuk dirimu sendiri? Jangan ucapkan kata yang terbaik jika kamu sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Apa kamu yakin yang menurutmu baik adalah yang terbaik juga untukku? Apa kamu tidak berfikir mungkin saja aku tiba-tiba bunuh diri karenamu? Ini baik buatmu? Kamu tau kan aku tidak bisa hidup tanpa kamu?", dengan menangis aku sedikit berteriak pada Benny.
Benny hanya terdiam, tidak berbicara apa-apa. Dan aku sangat kesal, cara dia tidak gentleman, dia tampak seperti seorang pengecut yang mengakhiri sebuah hubungan tanpa alasan yang jelas, tanpa mempedulikan perasaan pasangannya.
"Baik, sikap diammu semakin menunjukkan, bahwa kamu memang tidak benar-benar mencintaiku. Aku rasa, akan tampak bodoh jika aku terus memaksa tetap tinggal bersama orang yang jelas-jelas tidak ada pengorbanannya untukku".
Seperti layaknya anak usia belasan tahun yang mengakhiri suatu hubungan seakan-akan tidak ada apa-apa, hatiku benar-benar hancur. Benar-benar tidak habis pikir ternyata orang yang selama ini aku harapkan tiba-tiba meninggalkanku begitu saja, padahal telah banyak hal yang aku lakukan untuknya.

Satu tahun berlalu, aku baru bisa melupakan Benny, walau kadang masih sering menangis dan aku selalu menutup hati untuk orang baru. Aku tidak mau merasakan sakit lagi, apa lagi harus merasakan sakit dari orang yang berbeda, seakan membuat cerita baru tapi akhirnya harus merasakan cerita yang sama lagi.
Aku mencoba menjalani hidupku, mencari masa depanku, mencari orang yang tulus mencintaiku. Lebih tepatnya bukan mencari, tapi menunggu orang yang benar-benar datang kepadaku dengan cinta yang tulus. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Erwin. Dia adalah orang baru dalam hidupku, aku tidak tahu siapa dia, dia belum pernah ada di kehidupanku sebelumnya, aku dikenalkan dengan Erwin oleh temanku. Dan aku yakin, jodoh memang tidak akan ada yang tau, siapa dia, bahkan ternyata orang yang tidak kau kenal, mungkin saja dialah jodohmu nanti.
Usia Erwin tiga tahun lebih tua dariku, dan dia akan melamarku dua bulan lagi. Entah seberapa beruntungnya diriku, menemukan lelaki yang sikap dan perlakuannya aku cari selama ini, yang tidak pernah aku dapatkan dari kekasih terdahuluku. Dia dari keluarga yang baik, mamanya sangat baik kepadaku, menganggapku seperti anaknya sendiri, memberi perhatian yang mungkin sudah lama tidak aku rasakan dari Almarhumah ibuku. Aku sangat bahagia, hidupku seakan mendekati sempurna.
Aku menerima lamaran Erwin, kita akan menikah di bulan Januari.

Dan di saat aku sudah meyakinkan hatiku untuk Erwin, tiba-tiba aku berucap dalam hati :"Terima kasih Benny, ternyata kau benar. Perpisahan kita adalah yang terbaik untukku. Ini adalah cara dimana aku bisa menemukan seseorang yang dapat mendampingi hidupku selamanya. Erwinlah yang terbaik yang bisa memberikan kebahagiaan yang nyata. Walaupun sampai saat ini aku tidak pernah tahu alasan kau meninggalkanku, tapi akhirnya aku tahu apa alasan Tuhan menakdirkan engkau untuk meninggalkanku" :')




Minggu, 21 April 2013

Selamat datang di HUTAN RIMBA

Inget, waktu jadi jobseeker. Sharing sama kaka sesepu di jakarta waktu lagi ikut test di salah satu bank di daerah slipi.
Menurut sepupu:
"Chy, nanti dunia kerja itu mirip hutan rimba. Kita masuk kedalam suatu lingkungan yang kita sendiri blum tau kayak gimana di dalemnya, ada apa aja, ada siapa aja, ada ranjau/gak."
Yappp! hampir mirip sama hutan rimba, tau kan ada apa aja dsana?
- ada binatang buas
- ada binatang jinak
- ada binatang yg bersahabat
- ada tanaman beracun
- ada sumber makanan
- ada jebakan / ranjau
- dll
Ya ya ya....... gak jauh beda sama dunia kerja.
- ada penjilat
- ada yg bermuka dua
- ada org baik
- ada yg pinter
- ada yg pekerja keras
- ada yg cari muka
- ada yg cuek
- ada yg sombong
- ada yg bantuin
- ada yg jatohin
- ada yg seenaknya
- ada yg biasa aja
- ada yg peduli
- ada jg yg munafik
- dll
Kalian termasuk yg mana? Hahahhaa..
Orang yg muka dua tuh nggak banget, di depan baik di belakang busuk banget.
Lo mending gausah pura-pura baik, kalau ternyata di belakang ngomongin.
Mending jadi tipe yg biasa aja, lo hidup seadanya, gausah cari muka, gausah jd penjilat, jalanin hidup tanpa harus ngeganggu orang lain, atau bikin hidup org jd gak nyaman dan akhirnya risih.
OHHHHHHHH... TERNYATA INI YA RASANYA KERJA..
hahhahhahahaa.. bener2 harus kuat mental bro, tahan banting. Tutup telinga aja, gausah peduliin orang-orang yg ga penting. Tapi yg perlu lo inget cuma 1, LAKUIN YANG TERBAIK buat diri o sendiri, kerja sesuai porsinya, jangan seenaknya, turutin semua peraturannya tapi inget BUKAN UNTUK CARI MUKA ATAU POSISI tapi coba lakuin hal yg terbaik supaya hidup lo berguna buat orang lain, dan setidaknya tidak gakan ada orang yg ngomongin jelek tentang lo di belakang. karena dunia kerja itu rawan, YANG GAK ADA AJA BISA JADI ADA :D